Poligami Bisnis. Halal, Namun Siapkah Anda?
Oleh : Sopiyan Amir, 30 January 2017 - 15:23 WIBSuami mana yang menolak jika ditawarkan ke padanya untuk menikah lagi alias Poligami? Di mulut boleh mengatakan "Tidak mau", tetapi hati kecilnya akan bilang "Aku sih mau-mau saja" :p
Tapi kok hanya sedikit di antara suami yang akhirnya memutuskan berpoligami? Nah di sinilah masalahnya, karena ternyata poligami bukan asal bisa nambah istri lagi, tapi kudu layak menjalankannya, minimal terpenuhi syarat adil, namun sebenarnya keadilan ini sifat yang harus dilengkapi dengan alat dukung lainnya agar bisa maksimal berjalan.
Misalnya saja, suami yang ingin poligami harus mampu menafkahi istri-istri dan anak-anaknya dengan baik, artinya kebutuhan mendasar keluarganya wajib terentaskan. Suami juga yang secara nyata adalah Bapak, harus bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sederhananya, ia (suami) harus bisa menjelma sebagai sosok pemimpin yang kharismatik dalam kaitannya sebagai suami & bapak.
Seorang suami yang berani melangkah untuk poligami namun ternyata dirinya lemah dalam memimpin, keluarganya acak kadul, prilaku istrinya tak beraturan, kehidupan anak-anaknya jauh dari kebaikan, kebutuhan mendasar keluarganya tak terpenuhi, kadang makan sehari, puasa 2 hari. Ini sama saja, ia sedang memindahkan 'keburukan' di keluarga baru berikutnya jika kelak ia memutuskan poligami dalam kondisi di atas.
Sifat keadilannya jauh. Bukankah keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya? Wajib memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, wajib menjadi teladan bagi anggota keluarganya, wajib mendidik istri-istri dan anak-anaknya, dll yang dituntut oleh syariat.
Nah, Saya memahami dalam bisnis juga demikian. Seorang pengusaha yang memutuskan ingin POLIGAMI BISNIS, harus memastikan bahwa dirinya memang sudah layak melakukan itu. Walau kelayakannya tak otomatis harus POLIGAMI BISNIS.
Saya ada pengalaman soal ini, di saat usaha baru berumur 1 tahun, profit belum ada, tim belum siap, cash flow masih jebol sana-sini, eh tiba-tiba harus buka cabang usaha baru di kota lain.
Apa yang terjadi ? Kepala pusing, tidur tak nyenyak, energi terkuras untuk mengurusi cabang baru. Karena ternyata dengan polygami bisnis tersebut, bukan menghasilkan profit, justru hanya menduplikasi hal-hal buruk yang terjadi pada usaha yang sebelumnya terjadi.
Kebiasaan tidak mencatat setiap pengeluaran, kebiasaan mencampur uang pribadi dengan perusahaan, tugas dan tanggung jawab tak jelas siapa orang yang melaksanakan, mesin cash flow belum normal, wal hasil, semua kebiasaan ini terduplikasi pada cabang baru. Ternyata, keputusan untuk buka cabang baru alias polygami bisnis hanyalah dorongan keinginan semata-mata, bukan karena layak.!
Seharusnya, memutuskan untuk poligami bisnis setelah 3 (tiga) level sebelumnya benar-benar telah berjalan dengan baik, apa itu?
PERTAMA, LEVEL STARTING
Di level ini, seorang pengusaha wajib mempunyai mindset bisnis yang BENAR, berani mengambil resiko tetapi bertanggung jawab atas resiko yang hadir, jujur dan mampu diandalkan dalam menjalankan usaha, mampu membangun jejaring dengan tulus, kreatif dengan etika, tetap konsisten yang disertai dengan strategi.
Tidak hanya itu, di level ini juga, seorang pengusaha harus mampu menciptakan produk yang baik, bisa menjualnya juga dengan cara yang baik, membenahi kekurangan produk, sebab langkah awal inilah yang akan membentuk brand produk.
Terakhir, aspek keuangan wajib mulai ditata sedari awal. Harus bisa terbiasa mencatat setiap transaksi, memilih uang pribadi dan perusahaan, fokus membiayai kebutuhan dan mengabaikan keinginan-keinginan. Jika perlu, di awal ini bisa dibuatkan badan hukum dan perijinan usaha.
KEDUA, LEVEL PROFITING
Pada level kedua ini, seorang Pengusaha fokus dalam memaksimalkan profit, mengkaji kembali target marketnya, mulai menstandarisasi laporan keuangan, memikirkan Alternatif permodalan jika usaha tersebut benar-benar layak menjadi bisnis bintang, merapikan administrasi bisnis, melengkapi team dengan melakukan rekrutmen, serta membuat arah yang jelas mengenai development teamnya.
KETIGA, LEVEL SYSTEMIZING
Nah, ini adalah level terakhir sebelum masuk ke Level berikutnya yakni POLYGAMI BISNIS. Di mana pada level ini, perusahaan sudah harus bisa merumuskan visi dan misi, agar tim terus bergairah dalam menjalankan perannya masing-masing, Membuat Lean process yang lebih baik, membuat Struktur organisasi yang ideal, membuat alur kerja yang mudah dijalankan, menstandarisasi prosedur operasional, menetapkan Key Performance Indikator tim, Melakukan sistemasi pada 4 sektor: Pemasaran, Keuangan, Operasional dan SDM, serta yang paling berperan adalah membangun leadership yang baik.
Jika sdh melewati ketiga level di atas, seorang pengusaha tak terlarang untuk masuk pada level berikutnya yakni POLIGAMI BISNIS alias duplikasi bisnis atau buka cabang. Walau tak harus melakukan duplikasi, karena bisa saja mencukupkan diri mengurusi satu-satunya usaha atau jika benar-benar profitnya maksimal, bisa memilih untuk berinvestasi pada bisnis orang lain yang layak.
Selamat berPOLIGAMI BISNIS bagi yang mampu.!
Dibagikan oleh rahmat @bonekawisuda_id Pengusaha Kampus Tangsel
Baca Juga :
- Mahasiswa UBSI Rintis Perusahaan Sistem Integrator, Focus di Ecommerce Dan Web
- MENGINSPIRASI DARI SEPATU, DOLPEDSTORE.ID DICIPTAKAN ALUMNI UBSI KAMPUS BOGOR
- Wirausaha Sejati, Pantang Menyerah Meski Rintangan Berdatangan
- Indah Alumni Universitas Bsi Kampus Sukabumi Yang Omset Usahanya Sudah 200 Juta Perbulan
- Mahasiswa Universitas BSI Tegal jadi Wirausaha Muda